Kamis, 11 Mei 2017

KNOWLEDGE & VISUAL

KNOWLEDGE
Sebuah alasan yang menyebabkan kata-kata dan bahasa dipelajari secara mendalam adalah bahwa tingkat perkembangan kemampuan verbal manusia jauh melampaui spesies-spesies lain; oleh sebab itu, kemampuan berbahasa berfungsi sebagai demarkasi (batas pemisah) filogenetik. Sebuah alasan lain yang menyebabkan kata-kata dan bahasa dipelajari secara mendalam dalam psikologi kognitif adalah bahwa struktur semantik memungkinkan kita mengidentifikasi jenis-jenis “benda” yang tersimpan dalam memori dan bagaimana “benda” ang tersimpan tersebut saling berhubungan dengan “benda” yang lain.
Pengorganisasian Pengetahuan Secara Semantik (model kognitif) :
Model Sel-Teoretik
Model sel-teoretik membahas konsep-konsep semantik (semantik concepts). Konsep adalah ide-ide abstrak yang merepresentasikan kategori-kategori informasi atau unit-unit pengetahuan. Dalam model sel-teoretik (set-theoretical model) mengenai memori, konsep-konsep semantik direpresentasikan oleh rangkaian-rangkaian elemen, atau kumpulan informasi. Dalam model ini, yang berbeda dengan model pengelompokan (clustering model), sebuah konsep dapat dipresentasikan dalam LTM tidak hanya melaui eksemplar atau item-item yang berpadu membentuk konsep tersebut, namun juga melalui, atribut-atribut (karakteristik-karakteristik) eksemplar itu sendiri. Sebagai contoh, “pisang” bukanlah sebuah konsep. Namun, ketika digabungkan dengan apel, jeruk, dan anggur, pisang dapat digabungkan sehingga membentuk konsep-konsep yang berbeda. sebagai contoh, pisang dapat digabungkan dengan mangga, nanas, dan pepaya sehingga membentuk konsep “buah-buahan tropis”.
Model Pembandingan Fitur Semantik
Model pembandingan-fitur semantik (semantic feature-comparison model) memiliki kesamaan dengan model set-teoretik dalam hal struktur set-teoretiknya, namun memiliki perbedaan dalam sejumlah asumsi penting. Asumsi pertama adalah bahwa maka sebuah kata direpresentasikan sebagai suatu rangkaian fitur-fitur semantik. Serangkaian luas fitur-fitur yang berkaitan dengan suatu kata bervariasi dalam sebuah kontinum, dari fitur yang sangat penting hingga fitutr yang sepele. Sebagai contoh, seekor burung mmurai dapat dideskripsikan menggunakan fitur-fitur ini : memiliki sayap, memiliki sepasang kaki, memiliki dada berwarna merah, bertenggger di cabang pohon, menyantap cacing, sulit dijinakan, dan musim pada musim semi.
Model – model Jaringan Semantik
bahwa memori semantik terdiri dari suatu jaringan luas berisi konsep-konsep; konsep-konsep itu sendiri tersusun dari unit-unit dan karakteristik-karakteristik yang berkaitan, dan saling terhubung melalui serangkaian nodus asosiasionistik. Model tersebut telah mendapatkan sejumlah kritik, seperti kritik yang ditujukan terhadap bervariasinya kekuatan asosiasinistik dalam sutau jaringan (sebagai contoh,  “hiu” – yang merupakan kategori subkooordianat – lebih sulit diidentifikasi sebagai seekor ikan, dibandingkan salmon).
Model Aktivasi Menyebar
Model aktivasi menyebar (spreading activation model) terkait pemrosesan semantik dikembangkan oleh Allan Collins dan Elizabeth Loftus (1975). Model aktivasi menyebar mengimplikasikan adanya aktivasi menyebar mengimplikasikan adanya aktivasi konsep-konsep yang semakin menyebar, yang dapat menjelaskan hasil-hasil eksperimen priming (upaya membuat suatu kata atau konsep menjadi lebih mudah diingat setelah partisipan sebelumnya menyaksikan penayangan yang terkait, atau prime. Sebagai contoh kami menunjukkan gambar api atau kebakaran kepada anda, anda akan mampu mengenali kata api (atau kebakaran) lebih cepat daripada apabila anda sebelumnya tidak di-prime dengan gambar api tersebut. Selain itu, Jika anda melihat gambar api, rekognisi terhadap asosiasi dari api, seperti kata “merah”, akan ikut meningkat.
Diasumsikan bahwa asosiasi sekunderpun akan ikut diaktifkan; artinya, proses aktivasi yang menyebar akan menjangkau asosiasi demi asosiasi. Dalam contoh diatas, kata “api” memicu aktivasi kata”merah”;
Dukungan Neorosains Kognitif
Petersen dan rekan-rekannya menemukan bahwa bentuk-bentuk kata yang di visualkan akan di proses dalam lobus oksipital-ventral, sedangkan tugas-tugas semantik melibatkan   bagian otak kiri yang terlarelisasi. Area – area yang terlibat dalam pemrosesan bentuk-betuk visual diaktifkan bahkan ketika partisipan sedang berinteraksi secara pasif (seperti saat partisipan diminta hanya sekedar melihat kata yang bersangkutan). Area semantik diaktifkan hanya ketika partisipam diminta secara aktif memproses kata tersebut (seperti saat partisipan diminta hanya sekedar melihat kata yang bersangkutan). Area semantik diaktifkan hanya ketika partisipan diminta secara aktif memproses kata tersebut (seperti saat partisipan diminta memberikan nama terhadap suatu kata atau mengklasifikasikan kata tersebut dalam benaknya). Selain memberikan verifikasi keberadaan neural bagi kognisi, studi-studi tersebut memberikan banyak informasi mengenai kemungkinan hubungan antara faktor-faktor atensional dan representasi pengetahuan.
Jaringan – jaringan Proposisional
Sebuah proposisi (proposisi) di definisikan oleh Anderson (1985) sebagai “unit pengetahuan terkecil yang dapt berdiri sendiri sebagai suatu pernyataan terpisah (misalnya, bayi menangis). “Proposisi adalah unit terkecil yang masih memiliki makna. Banyak ahli teori menganut konsep repretasi proposional pengetahuan.
Human Associative Memory (HAM) dan Repretasi Pengetahuan
Anderson dan Bower (1973) menkonseptualisasikan repretasi pengetahuan dalam suatu jaringan asosiasi-asosiasi semantik yang mereka sebut memori asosiatif manusia (human associative memory; HAM). Sebuah ciri utama HAM adalah penggunaan proposisi, yang berupa ungkapan-ungkapan atau pernyataan – pernyataan mengenai sifat-sifat dunia. Proposisi adalah suatu representasi atau abstraksi yang menyerupai suatu kalimat; sejenis struktur lemah yang menghubungkan ide-ide atau konsep-konsep. Proposisi pada umumnya diilustrasikan dengan contoh-contoh semantik, namun bentuk-bentuk informasi lainnya, seperti representasi visual, dapat pula ditampilkan dalam memori dengan menggunakan proposisi. Memori kerja (working memory) adalah sejenis memori jangka pendek yang aktif bekerja, yang berisi infirmasi yang dapat diakses sistem pada saat itu juga, termasuk informasi yang diambil dari memori deklaratif jangka panjang.
Memory deklaratif (declarative memory) adalah pengetahuan yang kita miliki mengenai dunia (sebagai contoh, kita mengenai bahwa anggur yang baik dihasilkan di California dan Prancis, atau kita mampu mengingat sejumlah materi kelas psikologi kognitif yang kita ikuti sebelumnya).
Memory produktif adalah komponen utama yang terakhir dalam sistem ACT. Memori produktif sangatlah menyerupai memori prosedural, yang mengacu pada pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan hal-hal fisik, seperti mengikat tali sepatu, mengerjakan soal-soal matematika, atau memesan makanan di suatu restoran.
Para Pakar dan Pengorganisasian
Para pakar memiliki pengetahuan yang terorganiisasi dan bersifat domain-specific, dan mereka mengerti cara menggunakan pengetahuan tersebut secara efektif dan bijaksana.
Dengan mempelajari pengetahuan, berarti kita berusaha untuk mengetahui aspek-aspek dalam pengetahuan manusia dan memahami agar dapat menguraikan dan menggambarkan pengetahuan manusia Salah satu aspek pengetahuan itu misalnya pengorganisasian pengetahuan, yaitu model-model dari pengetahuan tersebut dan kita dapat mengetahui bagaimana pengetahuan di proses dalam diri manusia.


Visual imagery

Imagery didefinisikan sebagai proses membayangkan (memvisualkan) sesuatu yang tidak ada pada saat proses membayangkan. Sebagai contoh: kita membayangkan sebuah pantai yang indah di pagi hari yang dingin menusuk kulit, pada saat membaca sebuah novel. Pada topic ini, imagery akan berarti perumpamaan, perbandingan, pembayangan yang dilakukan secara mental.
Sejarah: Kita dapat mengenali tiga era (fase atau masa) ketika keilmuan mengenai imagery berkembang yaitu: era filosofis, era pengukuran, dan era kognitif. Pada era filosofis, baying-bayang mental (atau apa yang kita bayangkan) dipandang sebagai bahan buku utama dalam pembentukan pikiran dan terkadang dipercaya sebagai eleman pikiran. Era pengukuran bayangan mental diawali oleh ilmuwan inggris, Sir Francis Galton (1880, 1883/1907). Beliau membagikan kuisioner kepada 100 orang rekannya. Galton meminta para respondennya mengingat pemandangan yang mereka lihat saat sarapan pagi dan selanjutnya menjawab pertanyaan mengenai gambaran yang mereka alami.
pada akhir era 1960-an (era kognitif) penelitian mengenai imagery kembali dihidupkan dalam dua kubu. Kubu pertama berkaitan dengan asesmen imagery secara kualitatif (Sheehan, 1967) dan penggunaan imagery sebagai saran terapeutik. Kubu kedua berhubungan juga dengan asesmen imagery, namun lebih condong ke arah teoritik, yang dipelopori oleh Bugelski (1970) dan Pavlo (1969).
Proses :
Studi mengenai imagery memunculkan berbagai pertanyaan besar mengenai bagaimana informasi visual masuk, disimpan, dan diambil dari memori.
1.Aktivitas neurologis yang terasosiasi dengan penyimpanan informasi memiliki bentuk yang spesifik.
2.Informasi visual disaring, dihimpun, dan disimpan sebagai pernyataan-pernyataan abstrak mengenai bayangan atau citra yang bersangkutan.
3.Sejumlah informasi disimpan secara visual dan informasi lainnya disimpan dalam bentuk abstrak yang mengindifikasikan keberadaan sandi-sandi yang beragam dalam pikiran.
munculah tiga hipotesis terkini mengenai imagery:
1.Hipotesis penyandian ganda (dual-coding hypothesis)
Hipotesis mengenai keberadaan dua sandi dan dua sistem penyimpanan (sandi dan sistem penyimpanan pertama bersifat khayalan dan yang lainnya bersifat verbal).
2.Hipotesis proposisional koseptual (conceptual-propostional hypothesis)

3. Hipotesis evakuivalensi fungsional ( functional-equavalency hypothesis)
Bentuk visual :
1.Imagery Rotasi
Bayangkan dua desain tiga dimensi di kertas lalu putar gambar di sebelah kiri dan kanan. Jika setelah diputar bayangan gambar tersebut serupa, maka dapat dikatakan bahwa gambar itu sama, apabila gambar tersebut tidak serupa maka dapat dikatakan bahwa gambar itu tidak sama.
2.Imagery Ukuran
Hasil penelitian membuktikan bahwa orang akan lebih cepat membuat penilaian terhadap objek yang berukuran besar dibandingkan dengan objek yang berukuran kecil. Misalnya ketika disandingkan antara gajah dan kelinci.

3.Imagery Bentuk
Hasil penelitian Paivio menunjukkan bahwa semakin besar sudut yang dibentuk jarum jam maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk melakukan keputusan.  
4.Imagery Konsep Bagian dan Keseluruhan
 Hal ini menunjukkan bahwa orang tidak dapat menyimpan mental pictures. Orang menyimpan mental pictures sebagai penjelasan di dalam kode preposisional.
5.Imagery Figur yang Ambigu
Ketika dilakukan penelitian akan gambar yang ambigu, dari 15 partisipan menunjukkan bahwa tidak ada satu orang pun yang mampu menginterpre-tasikan gambar tersebut, padahal sebagian dari mereka termasuk kategori high imagery. Tetapi ketika diminta membuat gambar dari memori dan menginterpretasikannya kembali, 15 orang tersebut dapat menginterpreta-sikannya. Gambar visual dapat diinterpretasikan jika stimulus dan instruksinya sesuai; pengkodean dapat secara nyata meliputi analog pada beberapa situasi.
6.Imagery Interfensi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi visual dapat mengganggu visual imagery dan visual imagery dapat pula mengganggu persepsi visual.
Faktor Pendukung Efektifitas Imagery
1.Situasion and condition
2.Tipe imagery yang digunakan
3.Keterampilan imagery
Peta kognitif :
Peta kognitif adalah representasi internal bagaimana lingkungan spasial kita tersusun. Peta mental dapat meliputi gambaran seperti pada peta, dan juga preposisi. Informasi pada peta mental dapat meliputi pengetahuan penunjuk arah dan pengetahuan procedural. Peta mental meliputi pengetahuan survey, melalui peta atau menjelajahi lingkungan berulang-ulang.
1.Peta kognitif jarak
2.Peta kognitif bentuk
3.Posisi relatif
Sinestesia adalah suatu kondisi ketika sensasi-sensasi dari sebuah modali-modalitas perceptual (misalnya penglihatan) dialami juga dalam modalitas yang lain (seperti pendengaran). Misalnya orang mengecap bentuk, meraba bunyi, atau melihat angka dan huruf dalam warna.
Studi kasus :
Jurnal : pengaruh latihan mental imagery terhadap hasil tembakan atlet menembak rifle Jawa Barat
Oleh : Satrio Anggoro Putro Wibowo
Universitas pendidikan Indonesia
Faktor mental menjadi sangat penting karena atlet menembak membutuhkan konsentrasi tinggi. Dengan adanya latihan mental imagery yang diberikan akan sangat membantu atlet merasa lebih percaya diri dan memiliki motivasi tinggi juga meningkatkan konsentrasi untuk focus dalam melakukan tembakan.

0 komentar

Posting Komentar