Kamis, 04 Mei 2017

Hadis tentang jual beli salam

مَنْ اَسْلَفَ فِيْ تَمْرٍ،فَلْيُسْلِفْ فِيْ كَيْلٍ مَعْلُوْمٍ، وَوَزْنٍ مَعْلُوْمٍ، اِلَى اَجَلٍ مَعْلُوْمٍ
arti hadis:
“ibn abbas berkata:  nabi Saw datang ke madinah dan penduduk biasa memin jamkan buah untuk masa setahun dan dua tahun. Lalu bersabda: “barang siapa meminjamkan buah maka hendaknya meminjamkannnya dalam takaran, timbangan dalam masa tertenteu.”
B.Asbabul wurud
riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata: Nabi saw. tiba di Madinah sedang penduduknya biasa melakukan pemesanan buah-buahan dengan harga kontan selama satu sampai dua tahun. Maka beliau bersabda: Barang siapa yang membeli kurma dengan cara memesan, hendaklah ia memesan dalam takaranyang diketahui atau timbangan yang diketahui serta batas waktu yang diketahui pula .

C.Penjelas hadis
1.1pengertian jual beli salam
Pengertian jual beli Salam  Secara etimologi salam berarti salaf (pendahuluan). Dalam pengetian yang sederhana, jual beli salam berarti pembelian barang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran dibayar dimuka.[3]Menurut istilah hukum syara’, jual salam ialah menjual sesuatu benda yang belum ada di hadapan mata, tetapi ditentukan sifat-sifat dan kadarnya. Jual-beli dengan cara salam merupakan solusi tepat yang ditawarkan oleh Islam guna menghindari riba. Dan mungkin ini merupakan salah satu hikmah disebutkannya syari’at jual-beli salam seusai larangan memakan riba.Diantara bukti kesempurnaan agama Islam ialah dibolehkannya jual beli dengan cara salam, yaitu akad pemesanan suatu barang dengan kriteria yang telah disepakati dan dengan pembayaran tunai pada saat akad dilaksanakan. Yang demikian itu, dikarenakan dengan akad ini kedua belah pihak mendapatkan keuntungan tanpa ada unsur tipu-menipu atau ghoror(untung-untungan)

                Allah Ta’ala berfirman:.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوهُ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak dengan secara tunai, untukwaktu yang ditentukan, hendaklah kamu menulisnya.”
(Qs. Al Baqarah: 282)sahabat Ibnu Abbasradhiallahu ‘anhuberkata:
أشهد أن السلف المضمون إلى أجل مسمى قد أحله الله في الكتاب وأذن فيه، قال الله عز وجل يا أيها الذين آمنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسمى فاكتبوه الآية. رواه الشافعي والطبري عبد الرزاق وابن أبي شيبة والحاكم والبيهقي وصححه الألباني
“Saya bersaksi bahwa jual-beli As Salaf yang terjamin hingga tempo yang ditentukan telah dihalalkan dan diizinkan Allah dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman (artinya): “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak dengan secara tunai, untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menulisnya.”(Riwayat As Syafi’i, At Thobary, Abdurrazzaq, Ibnu Abi Syaibah, Al Hakim dan Al Baihaqy, dan dishohihkan oleh Al Albany)Diantara dalil yang menguatkan penafsiran sahabat Ibnu Abbasradhiallahu ‘anhudi atas ialah akhir dari ayat tersebut yang berbunyi:
وَلاَ تَسْأَمُوْاْ أَن تَكْتُبُوْهُ صَغِيرًا أَو كَبِيرًا إِلَى أَجَلِهِ ذَلِكُمْ أَقْسَطُ عِندَ اللّهِ وَأَقْومُ لِلشَّهَادَةِ وَأَدْنَى أَلاَّ تَرْتَابُواْ إِلاَّ أَن تَكُونَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَلاَّ تَكْتُبُوهَا
Artinya: “Janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu pembayarannya.Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguanmu. (Tulislah mu’amalah itu) kecuali bila mu’amalah itu berupa perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tiada dosa atasmu bila kamu tidak menulisnya.”(Qs. Al Baqarah: 282)Dengan demikian, ayat diatas merupakan dalil disyari’atkannya jual-beli salam. Diantara dalil disyari’atkannya salam ialah hadits Rasulullah saat tiba di Madinah, warganya melakukan salam terhadap hasil tanaman untuk tempo setahun, dua tahun, dan tiga tahun. Maka Rasulullah bersabda :
,مَنْ أَسْلَفَ فِي شَيْءٍ (وَفِي لَفْظٍ: فِي تَمْرٍ)، فَلْيُسْلِفْ فِي كَيْلٍ مَعْلُومٍ وَوَزْنٍ مَعْلُومٍ إِلَى أَجَلٍ مَعْلُومٍ
Artinya: “Barang siapa melakukan salaf atas sesuatu, dalam lafazh lain: atas kurma, maka hendaklah ia mensalaf dalam takaran yang jelas, timbangan yang jelas, dan hingga waktu yang jelas.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.Ibnul Mundzir dan yang lainnya menyebutkan bahwa para ulama telah sepakat (ijma’) atas dibolehkannya salam.
1.2rukun salam

Mayoritas (jumhur) fuqaha’ dari kalangan Malikiyyah, Syafi’iyyah, dan Hanabilah berpendapat bahwa rukun salam ada tiga sebagaimana berikut ini.
1.Shighah, yaitu ijab dan qabul
2.‘Aqidani (dua pihak yang melakukan transaksi), yaitu orang yang memesan dan orang yang menerima pesanan, dan
3.Obyek jual beli pesanan, yaitu barang yang dipesan harus jelas cirinya, waktunya harus jelas dan harganya harus jelas serta diserahkan waktu akad

 1.3 Syarat-syarat Barang Yang Dijual Salam
Sesuatu barang atau benda hendak dijual secara salam itu disyaratkan :
1.Boleh dianggarkan sifatnya, artinya ada sifat-sifat yang boleh dibuat anggaran.
2.Tidak bercampur dengan benda-benda lain yang menyebabkan sukar hendak membuat anggarannya.
3.Barang itu hendaklah tertentu (jelas). Tidak boleh seperti kata penjual : “Saya jualsalamkain ini kepada saudara.”
4.Barang itu hendaklah sesuatu yang memenuhi syarat sah dijual beli.
1.4 Syarat-syarat Sah Akad Jual SalamSyarat-syarat sah akad jual-beli salam ialah :
1.Hendaklah dijelaskan jenis dan sifat-sifat penting bagi barang yang hendak dijual itu.
2.Hendaklah dijelaskan juga kadarnya.
3.Hendaklah ditetapkan masa tempo untuk mendapatkannya.
4.Hendaklah barang itu boleh didapati bila sampai tempo yang ditetapkan.
5.Hendaklah barang itu biasa didapati, bukan jarang-jarang didapati.
6.Hendaklah ditetapkan tempat menerimanya.
7.Hendaklah dibayar tunai harganya.
Akad jual beli ini terus berjalan kuat kuasanya, artinya tidak sah jika disyaratkan khiar. Sebagai Peringatan, Bila diserah barang itu sebagaimana yang disifatkan di dalam akadnya atau lebih baik lagi, wajiblah menerimanya. Kalau barang itu terkurang dari apa yang telah disifatkan, harus menerimanya, tetapi tidak wajib.


0 komentar

Posting Komentar