BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangKehidupan manusia yang begitu banya sejarah dalam kehidupan dan selalu banyak di bayang-bayangi oleh apa yang disebut agama. Bahkan dengan kemajuan teknologi semodern saat ini manusia tak luput dari agama. Peter L. Berger (1969:268) melukiskan agama sebagai kebutuhan dasar manusia, karena agama merupakan sarana untuk membela diri terhadap segala kekacauan yang mengancam hidup manusia. Hampir semua masyarakat manusia mempunyai agama. Agama dipandang sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang diusahakan oleh masyarakat untuk menangani masalah penting yang tidak dapat dipecahkan oleh teknologi dan teknik organisasi yang diketahuinya.
Masyarakat di ikat oleh sistem symbol yang umum. Dimana sistem symbol umum itu berpusat pada martabat manusia sebagai pribadi, kesejahteraan umum dan norma-norma etik yang selaras dengan masyarakat itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang terus menerus harus membangun dunianya lewat eksternalisasi, yaitu pencurahan diri manusia dalam dunia dengan membentuk masyarakat. apa yang dihasilkan manusia dalam interaksinya dengan dunia memperoleh bentuk objektif, menjadi realitas sui generis.
1.2Rumusan Masalah
A.Apa yang dimaksud dengan masyarakat?
B.Apa saja pengaruh terhadap golongan masyarakat?
C.Apa saja fungsi agama dalam masyarakat?
D.Bagaimana peranan pemimpin agama dalam masyarakat?
1.3 Tujuan
A.Untuk mengetahui penjelasan agama dan golongan masyarakat.
B.Untuk mengetahui pengaruh agama terhadap golongan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agama, Golongan Masyarakat dan Fungsi AgamaMenurut Hendropuspito, suatu jenis sistem sosial yang di buat penganut-penganutnya berproses pada kekuatan non-empiris yang dipercayai dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumnya. Pengertian agama di bagi menjadi tiga yaitu : 1) kepercayaan terhadap hal-hal spiritual. 2) kepercayaan dan praktik-praktik spiritual sebagai tujuan tersendiri. 3) ideologi mengenai hal-hal yang bersifat spiritual. Penjelasan tersebut menggambarkan bahwa agama yang dijadikan sandaran penganutnya ketika terjadi hal-hal di luar jangkauan dan kemampuan sifatnya supra-natural yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang non-empiris.
Golongan masyarakat diartikan sebagai penggolongan anggota masyarakat dalam suatu kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama atau sejenis. Dalam Kamus Sosiologi menyatakan kategori orang-orang tertentu, dalam suatu masyarakat yang didasarkan pada ciri-ciri mental tertentu.
Penggolongan masyarakat berdasarkan ciri yang sama. Misalnya, 1) berdasarkan jenis kelamin pria dan wanita. 2) berdasarkan tua dan muda, 3) berdasarkan pendidikan cendekia dan buta huruf. 4) berdasarkan pekerjaan petani, nelayan dan lain-lain. Menurut Hendropuspito, meskipun tidak berdasarkan kedudukan sosial yang sama seperti lapisan sosial, penggolongan ini untuk kepentingan pengamat sosial dalam penelitian terhadap masyarakat.
Fungsi agama adalah peran agama dalam mengatasi persoalan yang timbul di masyarakat tidak dapat dipecahkan secara empiris karena keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Thomas F. O’Dea menuliskan empat fungsi agama : 1) sebagai pendukung, pelipur lara dan perekonsiliasi. 2) sebagai hubungan transcendental melalui pemujaan dan upacara adat. 3) penguat norma dan nilai yang sudah ada. 4) pengoreksi fungsi yang sudah ada. 5) pemberi identitas diri dan 6) pendewasaan agama.
2.1 Pengaruh Agama terhadap Golongan Masyarakat
Nottingham menjelaskan hubungan agama dengan masyarakat yang menurutnya terbagi atas beberapa tipe. Adapun tipe yang dimaksud Nothingham adalah sebagai berikut :
1.Masyarakat terbelakang dan nilai-nilai sakral. Dimana tipe masyarakat ini kecil, terisolasi dan terbelakang. Keluarga merupakan lembaga yang relative berkembang dibanding lembaga yang lain. Kemungkinan Agama menjadi fokus utama yang memasukkan pengaruh sakral dalam sistem nilai masyarakat menjadi sangat mutlak.
2.Masyarakat praindustri yang sedang berkembang. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam masyarakat ini.tetapi pada saat yang sama, lingkungan yang sakral dan sekuler sedikit-banyak masih dapat dibedakan.
Pengaruh agama terhadap golongan masyarakat dilihat dari karakter masing-masing golongan pekerjaan. Berbeda dengan pengaruh agama terhadap masyarakat yang digambarkan Nittingham secara umum. Golongan masyarakat itu antara lain seperti di bawah ini :
1.Golongan petani : golongan petani termasuk masyarakat terbelakang. Lokasinya berada di daerah terisolasi, sistem masyarakat masih sederhana, lembaga sosialnya belum banyak berkembang. Mata pencaharian utamanya bergantung pada alam yang tidak bisa dipercepat, diperlambat, atau diperhitungkan secara cepat sesuai dengan keinginan petani.
2.Golongan nelayan : karakter pekerjaan golongan nelayan hampir sama denagn golongan petani. Mata pencaharian bergantung pada keramahan alam.
3.Golongan pengrajin dan pedagang kecil : kehidupan golongan ini tidak terlalu berkutat dengan situasi alam dan tidak terlalu bergantung pada hukum alam. mereka tidak menyandarkan diri pada keramaian alam yang tidak bisa dipastikan, tetapi lebih mempercayai perencanaan yang teliti dan pengarahan yang pasti. Menurut webber yang mempelajari sejarah agama-agama dengan cara yang berlaku pada zamanya, yaitu agama Kristen, yahudi, islam, hindu, budha dan konfusianisme, teoisme, golongan pengrajin dan pedagang kecil suka menerima pandangan hidup yang mencakup etika pembalasan.
4.Golongan pedagang besar : umumnya kelompok ini mempunyai jiwa yang jauh dari gagasan tentang imbalan jasa (compensation) moral, mereka lebih berorientasi pada kehidupan duniawi (mundane) dan cenderung menutup agama profetis dan etis. Semakin besar kemewahan dan kekayaan yang mereka peroleh, semakin kecil hasrat dan kecenderungan mereka terhadap agama yang mengarahkanya pada dunia lain.
5.Golongan karyawan : weber menyebut golongan karyawan sebagai kaum birokrat. Jika dilihat dari teori Nottingham, golongan ini dimasukkan pada masyarakat industry, karena sistem sosial yang adabersifat modern. Dilihat dari pembagian fungsi-fungsi kerja yang sudah jelas dan adanya penyelesaian suatu masalah kemanusiaan berdasarkan penalaran dan efisiensi.
6.Golongan buruh : mereka yang bekerja dalam industry-industri atau perusahaan-perusahaan modern. Menurut karl marx, golongan buruh termasuk kelas proletar yang tidak diikutsertakan dalam kehidupan masyarakat, disingkirkan dari sistem sosial yang berlaku. Agama yang dibutuhkan golongan ini, tampaknya agama yang bisa membebaskan dirinya dari penghisapan tenaga kerja secara berlebihan.
7.Golongan tua-muda : di Indonesia usia 40 tahun ke atas biasanya dianggap telah tua, dan usia dibawah 40 tahun dianggap muda. agama pada golongan tua lebih kental dibanding golongan muda. Namun, asumsi ini diterapkan pada zaman sekarang.
8.Golongan pria-wanita : acara psikologis, watak umum pria dan wanita berbeda. Dalam menghadapi suatu keadaan, watak pria lebih dominan menggunakan rasional sedangkan wanita lebih dominan pertimbangan rasa/emosinta.
Dilihat secara keseluruhan, tujuan beragama seseorang rata-rata mencari ketenangan batin. Masalah penhayatan keagamaan, tampaknya golongan wanita lebih dominan , karena faktor pembawaan mereka umumnya cenderung emosionalnya. Sementara pria kurang menghayati rasa-rasa keagamaan seperti itu. Mereka menggunakan dasar rasional terlebih dahulu. Oleh karena itu, pengaruh agama terhadap wanita lebih signifikan, sebaliknya golongan pria cenderung mengarah ke sekuler.
2.3 Peranan Pemimpin Agama dalam Pembangunan
Pentingnya keterlibatan para pemimpin agama dalam kegiatan pembangunan ini adalah dalam aspek pembangunan unsur ruhaniahnya.keterlibatan para pemimpin agama dalam kegiatan pembangunan tidak bersifat suplementer (pelengkap penderita), tetapi benar-benar menjadi salah satu komponen inti dalam seluruh proses pembangunan. Berikut ini peran-peran pemimpin agama dalam pembangunan :
1.Pemimpin agama sebagai motivator
Dorongan yang diberikan para pemimpin agama terhadap masyarakat, melahirkan perubahan pandangan di masyarakat yang bersifat positif terhadap kegiatan pembangunan dan membantu kelancaran pelaksananya. Selain itu para pemimpin agama diharapkan mampu merangsang masyarakat agar berani melakukan perubahan hidup ke arah yang lebih maju dan sejahtera.
Watak optimis dalam kehidupan hendaklah ditebarkan para pemimpin agama kepada masyarakatnya dengan memberikan harapan-harapandi masa depan, sehingga lambat laun harapan ini dapat mendorong mereka untuk lebih banyak bertindak.
2.Pemimpin Agama sebagai Pembimbing Moral
Para pemimpin agama, dengan bekal ilmu agama yang dimilikinya memberikan tuntunan dan patokan sebagai rambu-rambu dalam mengaktualisasikan kegiatan pembangunan. Tuntutan dan patokan yang tertuang dalam kitab suci, teladan para nabi dan hukum agama yang merupakan elaborasi dari sabda tuhan menurut hasil pemikiran para pemuka, pemimpin dan pemikir agama pada masa lalu dan dijadian sebagai bahan membimbing kearah kegiatan pembangunan secara menyeluruh.
3.Pemimpin Agama sebagai Mediator
Untuk membela kepentingan para pemimpin agama biasanya memposisikan diri sebagai mediator. Di antara beberapa pihak si masyarakat, seperti antara masyarakat dengan elite penguasa dan antara masyarakat miskin dengan kelompok orang-orang kaya. Melalui para pemimpin agama, para elite penguasa dapat memahami apa yang diinginkan masyarakat, dan sebaliknya elite penguasa dapat mensosialisasikan program-program kepada masyarakat luas melalui bantuan para pemimpin agama, sehingga di antara keduanya terjadi saling pengertian.
Demikian halnya, ketika para pemimpin agama berupaya mengatasi atau mengurangi kesenjangan yang terjadi di masyarakat, khususnya antara orang-orang kaya dan kelompok miskin.
BAB III
PENUTUP
3.1KesimpulanPengertian agama di bagi menjadi tiga yaitu : 1) kepercayaan terhadap hal-hal spiritual. 2) kepercayaan dan praktik-praktik spiritual sebagai tujuan tersendiri. 3) ideologi mengenai hal-hal yang bersifat spiritual. Sedangkan Golongan masyarakat diartikan sebagai penggolongan anggota masyarakat dalam suatu kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama atau sejenis. Golongan masyarakat di bagi menjadi 8 diantaranya adalah : golongan petani, golongan nelayan, golongan pengrajin dan pedagang kecil, golongan pedagang besar, golongan karyawan, golongan buruh, golongan tua-muda dan yang terakhir golongan pria-wanita. Dari berbagai peran-peran dari golongan masyarakat terebut tentunya sangat berkaitan dengan proses kemajuan pembangunan di masyarakat.
0 komentar
Posting Komentar