Rabu, 26 April 2017

Mutu Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sudah merupakan pendapat umum bahwa kemakmuran  suatu bangsa berkaitan erat dengan kualitas atau mutu pendidikan bangsa yang bersangkutan. Bahkan lebih spesifik lagi, bangsa-bangsa yang berhasil mencapai kemakmuran dan kesejahteraan dewasa ini adalah bangsa-bangsa yang melaksanakan pembangunan berdasarkan strategi pengembangan sumber daya insane. Artinya, melaksanakan pembangunan nasional dengan menekankan pada pembangunan pendidikan guna pengembangan kualitas sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia, dari aspek pendidikan berarti mengembangkan pendidikan baik aspek kuantitas maupun kualitas. Aspek kuantitas menekankan pada perluasan sekolah sehingga penduduk memilki akses untuk bisa mendapatkan pelayanan pendidikan tanpa memandang latar belakang kehidupan mereka. Dari aspek kualitas , pengembangan sumber daya manusia berarti pendidikan dalam hal ini kualitas sekolah harus selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Kualitas sekolah memiliki tekanan bahwa lulusan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki kemampuan yang relevan dan diperlukan dalam kehidupannya.
Peningkatan mutu pendidikan melalui standarisasi dan profesionalisasi yang sedang dilakukan dewasa ini menuntut pemahaman berbagai pihak terhadap perubahan yang terjadi dalam berbagai komponen sistem pendidikan. Perubahan kebijakan pendidikan dari sentralisasi menjadi desentralisasi telah menekankn bahwa pengambilan kebijakan berpindah dari pemerintah pusat (top  government) ke pemerintahan daerah (district government), yang berpusat  di pemerintahan kota dan Kabupaten. Dengan demikian, kewenangan-kewenangan penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah berada di pundak Pemerintah Kota dan Kabupaten, sehingga implementasinya akan diwarnai oleh political will pemerintah daerah, yang dituangkan dalam Peraturan Daerah (Perda). Dalam hal ini, tentu saja yang paling menentukan adaah Bupati/Walikota, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan Kepala Dinas Pendidikan beserta jajarannya. Oleh karena itu, merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu/kualitas pendidikan di daerahnya, meskipun tidak selamanya demikian, karena dalam pelaksanaannya tidak sedikit penyimpangan dan salah penafsiran terhadap kebijakan yang digulirkan, sehingga menimbulkan berbagai kerancuan bahkan penurunan kualitas.
B. Rumusan Masalah
1.Apa pengertian dari mutu pendidikan?
2.Apa saja indikator  mutu pendidikan?
3.Apa Total Quality Management di sekolah?
4.Bagaimana Implementasi manajemen mutu pendidikan?
C.Tujuan Masalah
1.Untuk mengetahui apa pengertian dari Mutu pendidikan
2.Untuk mengetahui indikator mutu pendidikan
3.Untuk mengetahui TQM di sekolah
4.Untuk mengetahui bagaimana Implementasi manajemen mutu pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian mutu pendidikan
Berbicara tentang mutu berarti bicara tentang sesuatu bisa barang atau jasa. Barang yang bermutu adalah barang yang sangat ternilai bagi seseorang, barang tersebut secara fisik sangat bagus, indah, elegant, mewah, antic, tidak ada cacatnya, awet, kuat, dan ukuran-ukuran lainnya yang biasanya berhubungan dengan kebaikan (goodness), keindahan (beauty), kebenaran (truth), dan idealistis. Hamper semua rang ingin memilikinya tetapi hanya sedikit saja yang dapat menjangkaunya. Karena harganya biasanya sangat mahal. Jasa yang bermutu adalah pelayanan yang diberikan seseorang atau organisasi yang sangat memuaskan, tidak ada keluhan dan bahkan orang tidak segan-segan untuk memuji dan memberi acungan jempol.
Goetsch dan Davis (1994;4), mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
 Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa mutu adalah keadaan yang sesuai dan melebihi harapan pelanggan hingga pelanggan memperoleh kepuasan.
Mutu bukanlah konsep yang mudah didefinisikan, apalagi bila untuk mutu jasa yang dapat dipersepsi secara beragam. Orang dapat saja mengartikan mutu berdasarkan kriterianya sendiri seperti berikut ini:
•Melebihi dari yang dibayangkan dan diinginkan
•Kesesuaian antara keinginan dengan kenyataan pelayanan
•Sangat cocok dalam pemakaian
•Selalu dalam perbaikan dan penyempurnaan terus menerus
•Dari awal tidak ada kesalahan
•Membanggakan dan membahagiakan pelanggan
•Tidak ada cacat atau rusak
2.Indikator mutu pendidikan
Indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolak ukur mutu pendidikan adalah sebagai berikut :
1.Hasil akhir pendidikan
2.Hasil langsung pendidikan, hasil langsung inilah yang di pakai sebagai titik tolak pengukuran mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan
3.Proses pendidikan
4.Instrumen input, yaitu alat berinteraksi dengan raw input (siswa)
5.Raw input dan lingkungan.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada konteks hasil pendidikan yang mengacu pada prestasi yang di capai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu setiap catur wulan, semester, setahun, lima tahun, dsb. prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, dsb.
Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik) metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah dukungan administrasi, sarana prasarana, sumber daya lainnya, serta penciptaan suasana yang kondusif.
Adapun instrumental input adalah berinteraksi dengan raw input(siswa) seperti guru yang harus memiliki komitmen yang tinggi dan total serta kesadaran untuk berubah dan mau berubah untuk maju, menguasai ajar, dan metode mengajar yang tepat, kreatif, dengan ide dan gagasan yang baru tentang cara mengajar maupun materi ajar, membangun kinerja dan disiplin diri yang baik dan mempunyai sikap positif dan antusias kepada siswa, bahwa mereka mau diajak diajar dan mau belajar.. kurikulum yang memuat pokok-pokok materi ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, realistik, dan sesuai dengan fenomena kehidupan yang sedang dihadapi.
Begitu pula dengan raw input dan lingkungan, yaitu siswa. Dukungan orang tua dalam hal ini memiliki kepedulian terhadap penyelenggaraan pendidikan, selalu mengingatkan dan peduli pada proses belajar di rumah maupun di sekolah.


3.Teori Total Quality Management (TQM)
Teori ini menjelaskan bahwa mutu sekolah mencakup dan menekankan pada tiga kemampuan, yaitu kemampuan akademik, kemampuan sosial, dan kemampuan moral. Menurut teori ini, mutu sekolah ditentukan oleh tiga variabel, yakni kultur sekolah, proses belajar mengajar dan realitas sekolah. Kultur sekolah merupakan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya baik secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyajini mempengaruhi perilaku komponen sekolah, yaitu guru, kepala sekolah, staf administrasi, siswa, dan juga orang tua siswa. Kultur yang kondusif bagi peningkatan mutu akan mendorong perilaku warga sekolah kea rah peningkatan mutu sekolah, sebaliknya kultur sekolah yang tidak kondusif akan menghambat upaya menuju peningkatan mutu sekolah.
Kultur sekolah dipengaruhi dua variabel, yakni variabel pengaruh eksternal dan realitas sekolah itu sendiri. Pengaruh eksternal dapat berupa kebijakan pendidikan yang dikeluarkan pemerintah, perkembangan media massa dan lain sebagainya. Realitas adalah keadaan dan kondisi factual yang ada di sekolah, baik kondisi fisik seperti gedung dan fasilitasnya, maupun non fisik seperti; hubungan antar guru yang tidak harmonis dan peraturan sekolah yang kelewat kaku. Realitas sekolah mempengaruhi mutu sekolah. Sekolah yang memilki peraturan yang diterima dan dilaksanakan oleh warga sekolah akan memiliki dampak ats mutu yang berbeda dengan sekolah yang memliki peraturan tetapi tidak diterima warga sekolah.
Kualitas kurikulum dan proses belajar mengajar merupakan variabel ketiga yang mempengaruhi mutu sekolah. Variabel ini merupakan variabel yang paling dekat dan paling menentukan mutu lulusan. Kualitas kurikulum dan PBM memilki hubungan timbal balik dengan realitas sekolah. Di samping itu juga dipengaruhi oleh factor internal sekolah. Faktor internal adalah aspek kelembagaan dari sekolah seperti struktur organisasi, bagaimana pemilihan kepala sekolah, pengangkatan guru. Faktor internal ini akan mempengaruhi pandangan dan pengalaman sekolah. Selain itu, pandangan dan pengalaman sekolah juga akan di pengaruhi oleh factor eksternal.


3. Implementasi Mutu Pendidikan
Penerapan TQM berarti pula adanya kebebasan untuk berpendapat. Kebebasan berpendapat akan menciptakan iklim yang dialogis antara siswa dan guru, antara siswa dan kepala sekolah antara guru dan kepala sekolah. Singkatnya adalah kebebasan berpendapat dan keterbukaan antara seluruh warga sekolah.
Sulit untuk meng-implementasikan TQM di dalam lingkungan organisasi nonprofit khususnya pendidikan. Hal ini disebabkan oleh ukuran produktivitasnya tidak sekedar bersifat kuantitatif, misalnya hanya dari jumlah gedung sekolah atau laboratorium yang berhasil dibangun, tetapi juga berkenaan dengan aspek kualitas yang menyangkut manfaat dan kemampuan memanfaatkannya.
Ukuran produktivitas organisasi pendidikan dalam bidang pendidikan yang bersifat nonprofit dapat dibedakan sebagai berikut:


1.Produktivitas Internal: berupa hasil yang dapat diukur secara kuantitatif.
2.Produktivitas Ekstrnal: berupa hasil yang tidak dapat diukur secara kuantitatif karena bersifat kualitatif yang hanya dapat diketahui setelah melewati tenggang waktu tertentu yang cukup lama.

Di lingkungan organisasi nonprofit, termasuk pendidikan terdapat berbagai sumber kualitas yang dapat mendukung pengimplementasian TQM secara maksimal, yaitu sebagai berikut:
1.Komitmen kepala sekolah terhadap kualitas komitmen sangatlah penting karena berpengaruh langsung pada setiap pembuatan keputusan dan kebijakan, pemilihan dan pelaksanaan program dan proyek, pemberdayaan SDM, dan pelaksanaan kontrol
2.Sistem Informasi Manajemen
3.Sumber Daya Manusia yang Potensial
4.Keterlibatan Semua Fungsi
5.Filsafat Perbaikan Kualitas Secara Berkesinambungan.

Semua sumber kualitas di lingkungan organisasi pendidikan dapat dilihat manifestasinya melalui dimensi-dimensi kualitas yang harus direalisasikan oleh pucuk pimpinan bekerja sama dengan warga sekolah yang ada dalam lingkungan tersebut. Adalah sebagai berikut:
1.Dimensi Kerja Organisasi
Merupakan gambaran konkret dari kemampuan mendayagunakan sumber-sumber kualitas, yang berdampak pada keberhasilan mewujudkan, mempertahankan, dan mengembangkan eksistensi organisasi (sekolah).
2.Iklim Kerja
Penggunaan sumber-sumber kualitas secara intensif akan menghasilkan iklim kerja yang kondusif di lingkungan organisasi. Di dalam iklim kerja diwarnai kebersamaan, akan terwujud kerja sama yang efektif melalui kerja di dalam tim kerja, yang saling menghargai dan menghormati pendapat, kreativitas, inisiatif, dan inovasi untuk selalu meningkatkan kualitas.
3.Nilai Tambah
Pendayagunaan sumber-sumber kualitas secara efektif dan efisien akan memberikan nilai tambah sebagai pelengkap dalam melaksanakan tugas pokok dan hasil yang dicapai oleh organisasi.
4.Kesesuaian dengan Spesifikasi
Pendayagunaan sumber-sumber kualitas secara efektif dan efisien bermanifestasi pada kemampuan personel untuk menyesuaikan proses pelaksaan pekerjaan dan hasilnya dengan karakteristik operasional dan standar hasilnya berdasarkan ukuran kualitas yang telah disepakati
5.Kualitas Pelayanan dan Daya Tahan Hasil Pembangunan
Dampak laim yang dapat diamati terlihat pada peningkatan kualitas dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada siswa.
6.Persepsi Masyarakat
Pendayagunaan yang sukses di lingkungan organisasi pendidikan dapat diketahui daro persepsi masyarakat dalam bentuk citra dan reputasi positif mengenai kualitas lulusan yang baik yang terserap oleh lembaga pendidikan yang lebih tinggi ataupun oleh dunia kerja.
Manajemen Mutu Terpadu dalam bidang pendidikan tujuan akhirnya adalah meningkatkan kualitas, daya saing bagi output (lulusan) dengan indikator adanya kompetensi, baik intelektual maupun keterampilan serta kompetensi sosial siswa/ lulusan yang tinggi. Dalam mencapai hal tersebut, implementasi TQM di dalam organisasi pendidikan (sekolah) perlu dilakukan dengan sebenarnya tidak dengan senang hati.
Implementasi TQM di organisasi pendidikan khususnya negeri, memang tidak mudah. Adanya hambatan dalam budaya kerja, unjuk kerja dari guru, dan karyawan yang sangat mempengaruhi.

0 komentar

Posting Komentar