Minggu, 16 April 2017

Etika Peserta Didik Dalam Pendidikn Islam Menurut KH. Hasyim Asy’ari (Studi Kitab Adab Al-Alim Wa Muta’allim)

A.Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna dimuka bumi ini dengan dibekali akal, dimana dengan akal ini manusia dituntut untuk memiliki etika atau akhlak yang baik. Etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antar sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang salah. Al-Imam Al-Ghazali melihat akhlak sebagai ethics of the soul. Menurut beliau, akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan.Perkataan akhlak melalui pendekatan linguistik adalah berasal dari bahasa Arab iaitu khuluq, yang bererti budi pekerti, perangai, tingkah laku (tabiat) dan adat kebiasaan Menurut Ahmad Amin dalam bukunya al-Akhlaq, sebagaimana dikutip Rachmat Djatnika mengatakan bahwa:



Akhlak ialah pembiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak untuk berderma dilakukan terus menerus dan telah menjadi kebiasaan, maka kebiasaan itu dapat disebut akhlak dermawan. Namun bila kadangkadang berderma kadang-kadang bakhil, maka perbuatan ini tidak dapat disebut akhlak dermawan.

Posisi pelajar dalam proses pendidikan ini sangat penting. Pelajar adalah sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung terhadap pendidiknya, ia merasa memiliki kekurangan-kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa kemampuannya masih sangat terbatas dibandingkan dengan kemampuan pendidiknya. Kekurangan ini membawanya untuk mengadakan interaksi atau timbal balik dengan pendidiknya  dalam situasi pendidikan. Dalam situasi pendidikan itu terjadi interaksi kedewasaan dan kebelum dewasaan.

Sebagai seorang pelajar, memiliki tugas, tanggung jawabdan kewajiban untuk menuntut ilmu dengan sebaik-baiknya dengan memfokuskan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh pelajar dalam upaya keberhasilan belajarnya adalah memiliki etika atau perilaku yang baik dalam belajar atau dalam proses belajar mengajar, baik antar sesama pelajar, guru maupun terhadap alat atau bahan untuk memperoleh ilmu pengetahuan tersebut dalam hal ini berkaitan dengan buku-buku pelajaran maupun cara berpakaian.

Membahas tentang etika dalam dunia pendidikan, dari zaman ke zaman tetap menjadi persoalan yang penting. Perkembangan dan kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang luar biasa, seharusnya juga disertai dengan perhatian terhadap pendidikan, khususnya pendidikan moral. Yang terfokus pada pendidikan akhlak, tetapi malah sebaliaknya yang ada dalam kenyataan dunia pendidikan ini mengalami krisis pendidikan karakter (akhlaq). Hal ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup manusia dimasa yamg akan datang kelak. Bahaya dari krisis ini melebihi bahaya dari krisis pangan, energi, politik dan krisis yang lain-lainya.

Terjadinya krisis pendidikan akhlaq dan etika dapat ini dapat terlihat dari semakin berkembangnya kecenderungan manusia untuk berbuat jahat dan kekerasan serta rusaknya tatanan sosial ditambah dengan semakin rendahnya moralitas manusia. Sebagaimana beberapa contoh kecil diantaranya: para pelajar yang sekarang ini terlibat dalam tawuran pelajar, penyalah gunaan obat-obatan terlarang, pergaulan bebas, dan tindakan kriminal lain yang cukup berat seperti pencurian dan pembunuhan. Dan yang semakin marak diera sekarang ini adalah masuknya berbagai perangkat baru teknologi komunikasi dan informasi seperti internet dan Hand Phone, yang dapat lebih memudahkan seorang pelajar atau anak untuk mengakses hal-hal yang negatif, seperti pornografi melaui media internet termasuk HP berlangsung secara sangat cepat memiliki jangkauan yang luas. Merebaknya perilaku penyimpangan moralitas di kalangan pelajar yang semakin meningkat dari waktu ke waktu, salah satunya dipengaruhi oleh semakin luasnya peredaran dan persebaran media pornografis

Beberapa contoh tersebut mencerminkan bahwa perilaku pelajar tidak didasari oleh etika, akhlak yang baik, sehingga mereka melakukan tindakan sesuai dengan keinginan hawa nafsunya. Mereka berbuat tanpa memandang itu benar menurut agama, syari’ah atau sah menurut tatakrama, adat istiadat masyarakat, mereka lebih memilih hidup kontroversial. Perilaku yang ditampakkan oleh pelajar seperti yang sudah disebutkan di atas, pada dasarnya dipengaruhi oleh budaya dan etika yang diterimanya di sekolah, baik yang diperankan oleh seluruh personel di sekolah, perilaku masyarakat sekitar sekolah maupun perilaku yang ditampakkan oleh para pejabat pendidikan pada birokrasi pemerintahan khususnya di daerah. Apabila kita amati kembali dengan seksama faktor atau penyebab utama yang menjadikan dunia pendidikan sangat merosot adalah terabaikannya aspek moral. Konsentrasi pendidikan lebih banyak berorientasi kepada materi, sedangkan aspek ruhani dan moral sangat jarang diperhatikan.

Dengan permasalahan diatas maka, solusi satu-satunya untuk kembali kepada sistem pendidikan Islam harus dimulai dari pembanahan instrumen-instrumen yang terkait dengan paradigma, landasan filosofi, tujuan yang akan dicapai, perangkat dan karakter-karakternya. Di antara karakteristik pendidikan Islam adalah menekankan aspek moral, karena nabi Muhammad SAW. diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Oleh karena itu penanaman nilai etika dan akhlak menjadi hal penting dan mutlak dalam rangka memperbaiki kondisi pendidikan di Indonesia. Sebelum dampak arus globalisasi benar-benar mengakar dan mengacaukan proses perkembangan pendidikan.

Karena pendidikan adalah sebuah proses yang mengalami dinamika perubahan maka yang menjadi pertaruhan dalam proses perkembangan itu adalah masalah yang berkaitan dengan nilai (akhlak, etika, moral).[8] Konsep ini bukan sekadar jargon yang dimiliki oleh para pendidik masa kini, tetapi sejak keberadaan pendidikan, pendidikaan itu sendiri telah me nanamkan  nilai-nilai moral, etika, akhlak yang menunjuk kepada pembentukan kepribadian peserta didik.

Pendidikan yang dipahami secara luas di atas mempunyai esensi bahwa proses pembentukan kepribadian manusia. Sebagai proses pembentukan kepribadian, pendidikan dan khususnya pendidikan Islam bukan tidak mempunyai banyak kendala dan masalah, tetapi bahkan berhadapan dengan masalah yang sangat kompleks. Pembentukan kepribadian yang berakhlak itu bahkan seharusnya dilakukan sepanjang hayat manusia lebih-lebih di saat seseorang sedang menempuh jenjang pendidikan. Kebutuhan akhlak dalam proses pendidikan merupakan upaya yang sangat penting dan tidak dapat diubah lagi.

KH. Muhammad Hasyim Asy’ari merupakan salah satu dari sekian ulama yang ikut memberikan sumbangan pemikiran yang mengarahkan pelajar dalam melaksanakan aktivitas belajarnya agar dapat mencapai tujuan pendidikan Islam, yang mencetak generasi Muslim yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang dilandasi oleh nilai-nilai etika Islam. Pemikiran beliau berkaitan dengan etika pendidikan Islam bisa dipahami melalui karya tulis nya yaitu kitab Adab al-Alim wa Muta‟allim.

Dalam penelitian ini, penulis ingin menyampaikan beberapa isi poko yang terkandung dalam pemikiran-pemikiran KH. Hasyim Asy’ari. Dimana isi dari pemikirannya berbicara langsung menganai etika dalam pendidikan islam, yang terfokus pada keagungan ilmu dan ulama, etika dalam pembelajaran secara terperinci yang sarat dengan tuntunan islami bagi para guru dan murid dan berimplikasi melahirkan perilaku yang baik. Berdasarkan hal tersebut, maka salah satu alasan yang mendasar bagi penulis membahas permasalahan tersebut dalam penelitian yang berjudul: ETIKA PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM MENURUT KH. HASYIM ASY’ARI (STUDI KITAB ADAB AL-ALIM WA MUTA’ALLIM)



B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam skripsi ini peneliti menjelaskan rumusan masalah yang akan dibahas::

1.Bagaimana pandangan KH. Hasyim Asy`ari tentang Etika Pendidikan Islam dalam kitab Adab al-`Alim wa Muta`allim?

2.Bagaimana etika peserta didik dalam kitab Adab al-`Alim wa Muta`allim?

3.Bagaimana Analisis terhadap etika peserta didik KH. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adab Al-Alim wa Muta’allim ?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan penelitian ini dengan tujuan sebagai berikut:

1.Untuk mengatahui pandangan KH. Hasyim Asy`ari tentang Etika Pendidikan Islam dalam kitab Adab al-`Alim wa Muta`allim.

2.Untuk mengetahui etika peserta didik dalam kitab Adab al-`Alim wa Muta`allim.

3.Untuk mengatahui Analisis terhadap etika peserta didik KH. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adab Al-Alim wa Muta’allim.

D.Kegunaan Penelitian

1.Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu pendidikan, dan memperoleh data, fakta-fakta yang sesungguhnya mengenai pokok-pokok etika peserta didik menurut KH. Hasyim Asy’ari dalam Kitab adab al-alim wa al-mutaallim, sehingga dapat menjawab permasalahan secara tepat terutama yang terkait dengan etika peserta didik.

2.Bagi Obyek Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat masukan bagi perkembangan khazanah ilmu pengetahuan terutama bagi kemajuan ilmu pendidikan, khususnya menyangkut etika peserta didik dalam pendidikan islam.





3.Bagi Peneliti

Sebagai media pembelajaran atau bahan  bacaan  bagi  para  pembaca untuk lebih memahami tentang etika peserta didik menurut KH. Hasyim Asy’ari dalam Kitab adab al-alim wa al-mutaallim.

E.Telaah Pustaka

Telaah pustaka ini penting dilakukan untuk menunjukan atau mengetahui dengan tegas letak perbedaan-perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.

[1] Bertens. K, Etika (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003) 103.

[2] Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad b. Muhammad. Ihya‟ `Ulum al-Din. juzu‟ 3(Damsyik: Dar al Khayr 1990) 69.

[3] Aydin, Mehmet. (1992). Islamic Ethics. Dalam L. C. Becker & C. B. Becker (eds.), Encyclopedia of Ethics. Vol. 1. Nork: Garland Publishing Inc., h. 631; Noresah bt. Baharom (pnyt), (2005). Kamus Dewan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 25.

[4] Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka Panji Mas,

1996) 27.

[5] Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013) 24.

[6] Ngainun Naim, Rekonstruksi Pendidikan Nasional Membangun Paradigma yang Mencerahkan

(Teras: Yogyakarta, 2009) 37-41.

[7] Syaiful Sagala, Etika dan Moralitas Pendidikan: Peluang dan Tantangan (Jakarta: Kencana,

2013) 219.

[8] Hasbullah. Kapita selekta Pendidikan Islam(Rajawali Pers: Jakarta, 1996) 5.

[9] Hasbullah Bakri. Sistematika Filsafat(Widjaya:  Jakarta, 1981) 9-52

0 komentar

Posting Komentar