Soal !
1.Mengapa Filsafat itu perlu Islam !
2.Mengapa Filsafat Pendidikan itu perlu Islam !
Jawaban !
1.Dalam kajian ilmu, filsafat dapat diartikan sebagai berpikir yang bebas, radikal dan berada dalam dataran makna. Bebas itu sendiri memiliki arti tidak ada yang menghalangi pikiran bekerja. Kerja pikiran ada di otak, oleh karena itu tidak ada satu kekuatan pun, baik raja maupun penguasa negara mana pun, yang bisa menghalangi seseorang untuk berpikir, apalagi mengatur atau menyeragamkannya, sepanjang seseorang itu dalam keadaan sehat wal’afiat, sehingga meskipun orang itu di penjara, tetap saja pikirannya dapat bekeja. Sedangkan berpikir radikal, radix artinya akar, sehingga berpikir radikal artinya sampai ke akar suatu masalah, mendalam sampai ke akar-akarnya, bahkan melewati batas-batas fisik yang ada, memasuki medan pengembaraan di luar sesuatu yang fisik, dan seringkali disebut sebagai metafisis. Berpikir dalam tahap makna itu artinya menemukan kandungan berupa nilai-nilai yang berupa nilai keindahan yang berada didalam karya seni, nilai kebenaran terkandung dalam suatu teori keilmuan dan nilai kebaikan yang ada dalam suatu tindakan.
Sedangkan kata Islam, secara sematik berasal dari akar kata salima artinya menyerah, tunduk dan selamat. Islam artinya menyerahkan diri kepada Allah, dan dengan menyerahkan diri kepadaNya maka ia memperoleh keselamatan dan kedamaian. Dalam pengertian menyerah, maka semua makhluk ciptaan Allah, gunung, samudera, udara, air, cahaya dan bahkan setan (karena itu setan bukan musuh Allah, tetapi musuh manusia) pada hakikatnya adalah Islam, dalam arti tunduk dan menyerah kepada Penciptannya, pada hukum-hukum yang sudah ditetapkan dan berlaku pada dirinya, sebagai sunnatullah (termasuk hukum alam). Dengan keyakinan bahwa Islam adalah agama yang menempatkan akal pada posisi yang terhormat, bahwa didalam Islam, pada dasarnya sudah dijelaskan secara rasional dan logis didalam Al-Qur’an dan As- Shunah.
Jadi hakikatnya adalah filsafat yang bercorak Islami. Islami menempati posisi sebagai sifat, corak dan karakter dari filsafat. Filsafat Islam bukan filsafat tentang Islam, bukan the philosophy of Islam. Filsafat Islam artinya berpikir yang bebas, radikal, dan berada pada taraf makna, yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang menyelamatkan dan memberikan kedamaian hati. Dengan demikian, Filsafat Islam berada dengan menyatakan keberpihakannya dan tidak netral. Keberpihakannya adalah kepada keselamatan dan kedamaian.
Maka berfilsafat adalah berpikir bebas, radikal dan berada dalam dataran makna, dan itu dilakukan dalam otak yang ada dikepala, dan kepala adalah salah satu organ dalam tubuh manusia, sedangkan tubuh manusia bagian dan diri, keakuan atau nafs manusia. Disinilah, dalam tahap diri, keakuan atau nafs, dapat berlangsung suatu proses transendense, karena keakuan, diri atau nafs pada hakikatnya bersifat transenden, yaitu pada proses kesatuan dan penyatuan berbagai unsur yang membentuknya dalam aktualisasi diri.
2.Pengertian pendidikan dalam bahasa Arab diambil dari kata (ربَّ - يُرَبّ - تر بيّةً ) yang artinya memelihara 2 orang yang berbeda. Pendidikan Islam merupakan sekumpulan ide-ide dan konsep-konsep ilmiah dan intelektual yang tersusun dan diperkuat melalui pengalaman dan pengetahuan. Mengalami dan mengetahui merupakan pangkal dari konseptualisasi manusia yang berlanjut kepada terbentuknya suatu ilmu pengetahuan. Tarbawy merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk mengungkap kandungan Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mempelajari hal-hal ikhwani, mendidik, menerima, mengembangkan potensi manusia setelah diberi petunjuk tanpa menghilangkan nilai-nilai ilahi.
Hakikatnya adalah filsafat yang bercorak Islami. Islami menempati posisi sebagai sifat, corak dan karakter dari filsafat. Filsafat Islam bukan filsafat tentang Islam, bukan the philosophy of Islam. Filsafat Islam artinya berpikir yang bebas, radikal, dan berada pada taraf makna, yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang menyelamatkan dan memberikan kedamaian hati. Dengan demikian, Filsafat Islam berada dengan menyatakan keberpihakannya dan tidak netral. Keberpihakannya adalah kepada keselamatan dan kedamaian.
Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah :
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami.Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52 )”
Dan Hadis dari Nabi SAW: “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia”
Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa Nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.
Filsafat pendidikan islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang di jiwai oleh ajaran islam. Batasan ini menjelaskan bahwa seluruh kajian tentang pendidikan dalam filsafat pendidikan Islam, harus senantiasa bersumber dari ajaran Islam, sedangkan orientasi pemikiran dan pengembangannya juga diarahkan untuk tidak menyimpang dari ajaran Islam pula.
Pembahasan tentang ruang lingkup filsafat pendidikan Islam sebenarnya merupakan pengkajian dari aspek ontologis filsafat pendidikan Islam. Setiap ilmu pengetahuan memiliki objek tertentu yang akan dijadikan sasaran penyelidikan (objek material) dan yang akan dipandang (objek formal). Perbedaan suatu ilmu pengetahuan dengan ilmu lainnya terletak pada sudut pandang (objek formal) yang digunakannya. Objek material filsafat pendidikan Islam sama dengan filsafat pendidikan pada umumnya, yaitu segala sesuatu yang ada. Segala sesuatu yang ada ini mencakup “ada yang tampak” dan “ada yang tidak tampak”. Ada yang tampak adalah dunia empiris, dan ada yang tidak tampak adalah alam metafisis. Adapun objek formal filsafat pendidikan Islam adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan objektif tentang pendidikan Islam untuk dapat diketahui hakikatnya. Secara makro, yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan Islam adalah yang tercakup dalam objek material filsafat, yaitu mencari keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia, dan alam yang tidak bisa dijangkau oleh pengetahuan biasa. Sebagaimana filsafat, filsafat pendidikan Islam juga mengkaji ketiga objek ini berdasarkan ketiga cabangnya: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Secara mikro objek kajian filsafat pendidikan Islam adalah hal-hal yang merupakan faktor atau komponen dalam proses pelaksanaan pendidikan. Faktor atau komponen pendidikan ini ada lima, yaitu tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan (kurikulum, metode, dan evaluasi pendidikan), dan lingkungan pendidikan. Untuk lebih memfokuskan pembahasan filsafat pendidikan Islam yang sesuai dengan fokus penelitian ini, maka cukup disajikan ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan Islam secara makro.
A.Ontologi
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Dalam konsep filsafat ilmu Islam, segala sesuatu yang ada ini meliputi yang nampak dan yang tidak nampak (metafisis). Filsafat pendidikan Islam bertitik tolak pada konsep the creature of God, yaitu manusia dan alam. Sebagai pencipta, maka Tuhan telah mengatur dialam ciptaan-Nya. Pendidikan telah berpijak dari human sebagai dasar perkembangan dalam pendidikan. Ini berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah transformasi pendidikan. Sehingga yang menjadi dasar kajian atau dalam istilah lain sebagai objek kajian (ontologi) filsafat pendidikan Islam seperti yang termuat di dalam wahyu adalah mengenai pencipta (khalik), ciptaan-Nya (makhluk), hubungan antar ciptaan-Nya, dan utusan yang menyampaikan risalah pencipta (rasul). Dalam hal ini al-Syaibany mengemukakan bahwa prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan tentang alam raya meliputi dasar pemikiran:
1.Pendidikan dan tingkah laku manusia serta akhlaknya selain dipengaruhi oleh lingkungan sosial dipengaruhi pula oleh lingkungan fisik (bendabenda alam);
2.Lingkungan dan yang termasuk dalam alam raya adalah segala yang diciptakan oleh Allah swt baik makhluk hidup maupun benda-benda alam;
3.Setiap wujud (keberadaan) memiliki dua aspek, yaitu materi dan roh. Dasar pemikiran ini mengarahkan falsafah pendidikan Islam menyusun konsep alam nyata dan alam ghaib, alam materi dan alam ruh, alam dunia dan alam akhirat;
4.Alam senantiasa menngalami perubahan menurut ketentuan aturan pencipta;
5.Alam merupakan sarana yang disediakan bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan dirinya.
Minggu, 16 April 2017
Filsafat Pendidikan Islam
Share this
Related Articles :
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar
Posting Komentar